Wednesday, April 13, 2011

Filosofi Titik dan Kurva Normal sebagai Pandangan Hidup (Dalam Kuliah oleh Pak Marsigit)

Pikiran, tempat dimana awal dari segala pengetahuan kita. Kita memproses apa yang kita lihat,rasa,dengar .dari pikiran inilah kita mengembangkan apa yang kita lihat,rasa,dengar. Dari sinilah kita bisa mempelajari apa yang ada di dunia ini.
Sebuah titik jika kita hanya memikirkannya sebagai sebuah titik saja tidak akan memberikan apa-apa pada kita. Tapi ketika kita membayangkan sebuah titik sebagai sebuah rumah yang dilihat dari satelit, atau titik itu hanya awal dari sebuah gambar ,maka akan mengggambarkan kepada kita suatu potensi yang muncul dari titik tersebut. Karena ketika kita melihat titik tersebut dari atas, kita akan memiliki pandangan yang sangat luas, sehingga semua potensi yang ada pada titik tersebut akan mudah terbayangkan oleh kita. Titik tersebut dapat berupa mahakarya, dapat menjadi sebuah benda, dapat menjadi lukisan yang indah, bahkan bisa menjadi suatu bangunan yang monumental. Titik ini bisa menjadi apapun, relative terhadap ruang dan waktu.
Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk mengembangkan sebuah titik ,itulah saat diamana kita bisa menerjemahkan dunia. Tapi ketika kita berhenti kita terjebak dalam mitos. Akan tetapi apa yang kita pikirkan hanyalah sebagian dari apa yang ada di dunia ini. Kita hanya bisa memikirkan sebagian dari bermilyar-milyar kemungkinan di dunia ini. Inilah mengapa orang meneyebut apa yang ada di pikiran kita hanyalah setengah dari dunia. Setengah lagi merupakan fakta. Kita tidak bisa menerjemahkan keseluruhan apa yang ada di dunia ini, karena pikran kita terbatas.
Contohnya, dalam agamapun kita mengenal ranah Tuhan dan ranah Manusia, dan ranah manusia adalah himpunan bagian yang sangat kecil dari ranah Tuhan. Jadi bisa dipastikan bahwa banyak hal dari dunia ini (dimana dunia ini adalah ciptaan Tuhan) yang tidak akan pernah habis untuk kita pelajari. Selain itu, banyak sekali fenomena-fenomena yang ada di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia, disitulah ranah Tuhan “bermain”.
Selain itu, dalam kehidupan, kita tahu adanya usaha dan doa. Kita sebagai manusia diberikan hak yang luas dalam setiap keinginan, cita-cita, dan kemauan kita untuk diusahakan, tapi penentu terakhirnya seberapa besar kesuksesan usaha kita adalah dari Tuhan.
Ketika kita tarik contoh –contoh tersebut dalam suatu kurva normal, daerah yang ada di dalam kurva dan dibatasi oleh sumbu x adalah daerah kita sebagai manusia, sedangkan daerah yang diluar kurva yang sangat luas sekali adalah daerah dimana ranah Tuhan berada, disitulah ditunjukan bagaimana besar ranah dan kekuasaan Tuhan dimana otak kita sangat tidak mungkin untuk menjangkau semuanya.
Ketika kurva normal tersebut kita bawa ke hubungan antar manusia, maka terdapat garis x = 0 yang merupakan batas normal bagi pikiran dan tindakan manusia. Selanjutnya ada standar deviasi, dimana dalam kurva ini menggambarkan adanya penyimpangan diri seseorang. Garis batas normal mewakili tanda keputusan atau batas toleransi dari keberadaan penyimpangan.
Misalnya dalam filosofi masyarakat jawa kita mengenal RUWATAN, yaitu suatu upaya untuk menghilangkan penyimpangan atau keanehan yang ada pada masyarakat tersebut. Jadi ketika seseorang melakukan suatu penyimpangan di dalam masyarakat, yang berarti dia berada di luar garis x = 0 atau dareah bermasalah, dan masih berada dalam daerah toleransi maka untuk membuat orang terseut normal adalah dengan ruwatan.
Dalam kasus ini bisa dilihat bahwa manusia yang dianggap normal adalah yang berada di garis x = 0. Dimana dalam garis ini adalah batas antara ranah Tuhan dan ranah manusia. Ini artinya seseorang yang berada di garis x = 0 adalah orang yang bahagia kareana dia tidak melakuakn penyimpangan dalam ranah Tuhan dan ranah manusia.
Dalam filsafat, ruwatan ini bisa dipandang sebagai penjelasan. Dimana jika terdapat penyimpangan atau sesuatu yang ganjil ruwatan bisa menjelaskannya agar penyimpangan tersebut berakhir. Filsafat itu sendiri juga merupakan penjelasan. Peyimpangan dalam diri seseorang bisa dijelaskan dalam filsafat. Contohnya, jika kita terlambat datang kuliah. Dalam filsafat ini berarti kita “sakit”, Karena kita tidak menghargai ruang dan waktu.
Dalam kuliah filsafat kita menegnal 4 kategori dalam pikiran manusia menurut Imanuel Kant, yaitu kualitatif, kuantitatif, kategori dan relasi. Pikiran kita dibagi menjadi dua dunia yaitu dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas terdapat logika dan apriori, sedangkan dunia bawah terdapat pengalaman dan sintetik. Menurut konteks orang jawa, ruwat adalah perantara pengalaman dan logika atau penghubung dunia atas dan dunia bawah. Ketika kita gunakan penghubung tersebut dalam menyelesaikan setiap masalah, berkomunikasi, bersosialisasi, dan bertindak, maka hasil yang akan dicapai akan sangat positif, karena kecil kemungkinan kita akan keluar dari garis norma dan kewajaran.

No comments:

Post a Comment