Wednesday, May 11, 2011

REFLEKSI KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA 5 MEI 2011 (Kuliah oleh pak Marsigit)

Dalam filsafat kita mengenal tiga ranah berfikir yaitu ontologi, epistemologi, aksiologi. Ontologi mempelajari tentang sumber-sumber hakekat. Epistemologi memepelajari sumber-sumber kebenaran dan metode. Aksiologi memepelajari sumber-sumber etik, estetika dan spiritual. Kita bisa melihat hubungan ketiganya dalam kolom berikut:


 Hubungan dari Ontologi-Ontologi dinamakan metafisik.
 Hubungan dari Epistemologi-Ontologi untuk mempelajari suatu hakekat dan bagaimana metodenya.
 Hubungan dari Aksiologi-Ontologi mempelajari value dari ontologi.
 Hubungan dari Aksiologi-Aksiologi mempelajari tentang berbicara mengena etik secara etik.
Misalnya pada saat acara pernikahan di Jawa, dalam acara tersebut seorang kyai memberi wejangan tentang keluarga.
Ketika pertanyaan paling mendasar adalah tentang hakekatnya hakekat. Kita tidak akan pernah mendapat jawabannya, Karena yang mengetahui hakekatnya hakekat adalah Tuhan sendiri.
Dalam kehidupan kita sehari-hari tentu kita tidak asing lagi dengan wayang dan dan dalang cilik. Wayang merupakan bentuk aksiologi. Di dalam wayang terdapat aksiloginya antologi, aksiologinya epistemologi, dan aksiologinya aksiologi.
Dalang cilik itu sendiri terbatas di ontologi. Dalam fenomena dalang cilik ini belumlah terdapat critical thinking, hanya mengikuti apa yang sudah ada. Dalam wayang, kita bisa menyebutnya hanya setengah dari dunia karena hanya berisi hapalan, belum ada pengalaman.
Dalam filsafat kita tidak bisa melupakan tentang ruang dan waktu. Bagaimana kita memahami ruang dan waktu. Kita bisa melihatnya disekitar kita. Bagi kita orang jawa, kita mengenal gending jawa. Dalam kacamata filsafat gending jawa merupakan suatu harmoni. Harmoni ini berarti sadar ruang dan waktu. Masing-masing bagian berfungsi sendiri-sendiri tapi berhubungan.
Ada kalanya kita mengabaikan ruang dan waktu tetapi juga ada kalanya menghargai ruang dan waktu. Misalnya ketika kita merasa sudah menghargai ruang dan waktu, tetapi belum tentu untuk ruang dan waktu yang lain. Kalau memang baik maka baikalah untuk dirimu. Hidup adalah reduksi, maka hargailah yang ada.
Dalam filsafat kita juga mempelajari tentang spiritual. Kita mengenal tingkatan dalam hidup seseorang dari yang paling bawah sampai yang paling atas yaitu Material, Formal, Normatif, Spiritual. Di tingkat spiritual kita tidak bisa hanya memberi tahu tentang ibadah tapi mengajak dan mengajari. Oleh Karena itu diperlukan orang yang ahli dalam bidang tersbut, misalnya guru spiritual.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup ini sangat sulit untuk membuat hati mengendalikan pikiran. Oleh karena itu kita harus membenahi cara-cara beribadah, maka dengan begitu hati mampu mengendalikan apa yang kita pikirkan. Misalnya rasa panik atau gugup, ini merupakan godaan setan. Cara yang paling ampuh adalah dengan berdoa yang khusuk. Sekecil apapun rasa panik kita harus beristigfar. Disinilah peranan hati yang dapat mengendalikan pikiran.
Tapi kita juga harus menyeimbangkan antara hati dan pikiran kita. Jika kita lihat dalam tingkatan kehidupan seseorang, dalam material dipengaruhi emosi, normatif dipengaruhi cinta dan spiritual inilah yang merupakan payung untuk semua termasuk pikiran kita.
Kita tidak boleh termakan kesombongan. Ketika kita telah meyatu dengan Tuhan, kadang kita merasa diri kita adalah Tuhan. Posisi paling tinggi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya menyebabkan kesombongan diri. Disinilah orang menagku-aku di depan Tuhan. Contohnya adalah syekh siti jenar.
Filsafat itu terdiri dari hal yang terjadi tadi, sekarang dan nanti. Hal yang terjadi inilah yang disebut sejarah. Dalam filsafat kita menyebut kamera sebagai mesin waktu karena dapat mengabadikan peristiwa.
Jika kita bicara sejarah kita juga tidak bisa lepas dari para filsuf. Semua filsuf berusaha bijaksana tapi tidak ada satu orang pun yang bijaksana. Bijkasana hanya milik Allah. Para filsuf dan kita haya menggapai bijaksana dengan filsafat. Bijaksana dalam filsafat berarti memiliki ilmu. Bagi kita orang timur, orang bijak adalah orang yang memberi ilmu.
Pada zaman sekarang kita, kita bisa melihat peran krusial filsafat dalam pembenahan bangsa. Seberapa krusialnya bisa kita lihat ketika para penguasa menguasai filsafat bangsanya. Para penguasa menggunkaan filsafat untuk menguasai/ mempengaruhi sesesorang. Para penguasa ini mempuyai karakter. Karakter dari siapa untuk siapa. Jika karakter bertemu dengan kuasa yang dihaslkan hanyalah tradisonal. Jadi ketika para penguasa yang mempunyai karakter dan berkuasa maka tidak ada perubahan bagi bangsa ini dengan kata lain tradisonal terus berjalan.
Jika kita lihat di dunia pendidikan, tiap guru juga mempunyai karakter begitu juga dengan siswa. Untuk memahami karakteristik siswa diperlukan komunikasi. Kominikasi ini tidak hanya terbatas pada dialog, komunikasi melalui tulisan pun bisa dipergunakan untuk mengetahui jalan pikiran siswa. Dengan begitu kita bisa tahu karakteristik siswa tersebut.
Karakteristik siswa menetukan bagaimana pendidik melaksanakan proses pembelajaran. Yang perlu diperhatikan adalah tidak ada istilah megajarkan tetapi memfasilitasi. Dalam pembelajaran dimana pendidik memberi kebebasan pada para siswa dan hanya menjadi fasilitator membuat siswa tersebut kreatif. Mereka tidak bergantung pada guru, hal itu membuat pikiran mereka berkembang.
Siswa-siswa tersebut merupakan generasi penerus bangsa, dengan pikiran kreatif mereka diharapkan kelak bisa memajukan bangsa ini.

No comments:

Post a Comment